Facebook Twitter RSS

Coretan Si Pembuat Onar



Coretan Si Pembuat Onar
Karya: Azhar Basis Panrita

Tangisan bukanlah jawaban atas perbuatan yang telah dilakukan. Coretan di kertas tak akan bisa di hapuskan lagi walau terhapus akan menyisahkan noda, itulah kehidupan Indra penuh dengan coretan yang coba di hapuskan untuk menebus semua kesalahan masa lalunya.
Sekarang dia telah menjadi seorang yang bisa dikatakan jelas dalam masa depan. Mengakhiri dahaga akan masa depan yang curam membuka lembar baru dan berhati-hati dalam melangkah adalah prinsip hidup yang membuatnya bisa terlepas dari kelamnya masa lalu. Menjadi generasi masa depan dalam memperjuangkan cita-cita parah pahlawan yang membangun negeri ini dengan semangat juang yang tak pernah padam walaupun hanya bersenjatakan bambu runcing, tak pernah gentar membela negeri ini. Insyaallah tiga tahun lagi dia akan meneruskan pekerjaan ayahnya menjadi seorang pimpinan di sebuah kelurahan.
Akan berbanding terbalik apabila kita menengok tiga tahun yang lalu. Tiga tahun yang dilaluinya dengan sia-sia membuat semua orang yang menyayanginya menitihkan air mata. Indra hidup di sebuah pemukiman yang memiliki pergaulan bebas, mulai dari rokok, alkohol bahkan narkoba yang berupa sabu-sabu akan sangat mudah ditemukan di pemukiman itu.
Saat itu Indra baru duduk di kelas 1 SMA jurusan IPA. Masa-masa pencarian jati diri membuatnya terjerumus ke dalam lingkaran kemaksiatan. Lebih dari tiga sekolah dilaluinya, sekolah terakhirnya yaitu sekolah yang berlandaskan agama Islam, terletak di Kabupaten Pinrang tanah Lasinrang.
Semua keburukannya terbongkar setahun sebelum Ujian Nasional. Pagi itu ayahnya membangunkan Indra.
“indra apa ini??” Tanya ayahnya dengan suara lantang
Pagi itu entah kebetulan atau pun memang sudah takdir dari Allah SWT. ayah Indra mendapati alat untuk mengkonsumsi sabu-sabu yang di sembunyikannya di atap kamarnya. pertanyaan ayah indra tersebut bukanlah sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, melainkan sebuah pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atas apa yang telah diperbuatnya.
Indra tertunduk ingin mencoba mengelak namun tertangkap basa tak tau apa yang harus dilakukan. Mencoba meneteskan air mata buayanya bermaksud agar kemarahan ayahnya dapat reda. Namun, semua itu hanya sia-sia belaka karena ayahnya marah tak dapat dibendung.
“indra nak, kenapa ada ini nak?” Tanya ayahnya lagi dengan suara yang lebih besar dan dengan meneteskan air mata
“kenapaki bapanya? Kenapai Indra?” Tanya Ibu Indra dengan rauk muka yang menunjukkan kekawatiran.
“ini, ini, perbuatan Indra, pakai narkoba” jawab ayah Indra dengan menunjukkan alat sabu-sabu.
“apa ini nak? Kenapa na ada ini nak? Dari manaki dapat?” Tanya ibu Indra yang akhirnya tertangis melihat apa yang telah dilakukan anaknya.
Indra tetap saja diam tertunduk tak mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan ayah dan ibunya. Dan beberapa kali menghapus air mata di pipinya.
Aktifitas seakan lumpuh pagi itu ayah Indra yang ingin mendapat penjelasan dari Indra menjadi emosi karena sikap Indra yang menjadi kalem (pendiam) tak berpikir panjang ayahnya pun mengambil tali pinggang dan memukul Indra.
“ampung, ampung maka pa’” kata Indra
Namun semua itu telah terlambat ayah indra sudah lepas kendali akan dirinya memukul indra dengan membabi buta.
“sudah mi bapaknya” kata ibu Indra. Nampak kodrat perempuan yang tak akan mampu melihat buah hatinya di pukul walaupun nyatanya anaknya telah melakukan kesalahan.
Tak lama seteah emosi ayahnya telah terluapkan semua dia pun mencoba bertindak professional dengan pekerjaan di kantor yang telah menantinya. Dia hanya menyuruh istrinya untuk mengawasi anaknya sampai dia pulang dan melarang Indra ke sekolah hari itu.
Sekitar pukul 09:00 handphone ayah Indra berbunyi
“tidak adai indra di rumah bapanya”
Ternyata itu adalah telepon dari sang istri tercinta yang menyampaikan bahwa Indra telah kabur dari rumah, dengan tangis ibunya mencoba mejelaskan. Ayah indra yang mendengar itu langsung meminta izin dengan atasan lantas bergegas ke rumah.
Setibanya di rumah ayah Indra lantas mencoba menelpon nomor Indra namun tak diangkat. Tak tahu harus bagaimana ayahnya tetap saja menelepon Indra. Di malam hari handphone ayah Indra berbunyi lagi kali ini Indra yang menelepon
“pa, jangan meki carika pa. nanti sukses paka baru kembali. Minta maapka pa’ insyaallah berenti maka pakai sabu-sabu. Minta maapka pa,” kata Indra dengan terseduh-seduh tanda akan penyesalan atas apa yang telah di perbuatnya.
“pulang meki nak, tidak marah jika nak, pulang meki,”
Tiit tiitt tiiiitt….
Tanda Indra telah mematikan teleponnya.
Malam itu semuanya tampak hening tangisan dari ibu Indra mulai lagi kali ini tangisan terasa sangat dalam.
Keesokan harinya,
Ayah Indra mendengar dari teman Indra bahwa Indra dua-tiga hari akan pergi ke Kalimantan untuk mengadu nasib menjadi perantau di daerah orang. Ayah Indra pun kawatir yang ditakutkan jika Indra menjadi korban perdagangan bebas, dia pun segera kembali ke rumah dan menyampaikan ke istrinya.
Istrinya mencoba ke sanro ( bahasa bugis= orang pintar dalam hal gaib) agar mengetahui di mana anaknya sekarang. Dari perkataan sanro Indra berada di Langnga segera setelah itu ibunya pun mencari teman Indra yaitu La beddu. La beddu adalah teman sekelas Indra, La Beddu pun mengantar ayah dan ibu indra ke Langnga namun hasilnya nol besar ternyata Indra telah berpndah tempat lagi.
Kehabisan akal ayah Indra yang mengetahui bahwa Indra sangat saying akan ibunya menelepon Indra lagi dan mengatakan bahwa ibunya sakit karena tidak perna tidur memikirkan sang buah hati yang tak tahu di mana keberadaannya.
Keesokan hari,
Indra dating di waktu magrib dan langsung memeluk ibunya malam itu pun sangat mengharukan semuanya menangis baik indra, ibu ataupun ayahnya.
“minta map ka ma’, pa’ tidak ku ulang mi lagi,” kata indra
“iye nak jangan ki begitu lagi nah,” kata ibu Indra
Ayahnya pun berkata
“iye nak di maapkan jeki jangan meki pergi sompa (bahasa bugis = merantau),”
Malam itu berlalu dengan tangis dan penyesalan Indra.
Hari demi hari Indra menunjukka perubahan pada dirinya sampai akhirnya indra lulus dalam ujian Nasional yang tiap tahunnya memakan banyak korban, yang mana tiga tahun belajar ditentukan dengan tiga hari Ujian.
Pendaftaran pun terbuka Indra mencoba mendaftar ke dalam universitas negeri namun memang sudah di takdirkan, Indra tidak lolos dalam SPMB namun semua pasti ada hikmahnya karena setahun kemudian Indra lolos dalam sebuah sekolah pemerintahan.

SHARE THIS POST

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Author: Azhar Basis Panrita
Exfi D'mond Blog, "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga." (HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari shahabat Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu)

0 komentar: