Ridho dan Nyamuk
Karya: Hilman Taufiq
Menjelang
tidur, Ridho tampak gelisah tak dapat tidur. Suara nyamuk yang berisik
terdengar jelas oleh telinganya. Sesekali, tangannya menepuk sana-sini mencoba
menghentikan bunyi yang mengganggunya. Bukan hanya itu, mulutnya juga
sesekali menguap. Ibu pun yang sudah terlelap,
terbangun dan menghampiri Ridho.
“Ada
apa sayang ?” Tanya ibu yang menghampiri
ranjang tempat Ridho tidur.
“Banyak
nyamuk,Bu”, kata Ridho. Ibu tersenyum.
“Mungkin
kamu jarang membersihkan kamar, Anakku,” kata ibu.
Ridho
pun diam. Dan membenarkan kata ibunya.
“Lalu
aku harus bagaimana, Bu’ kata Ridho.
“Kamu
harus rajin membersihkan kamarmu, Anakku.”
“Bagaimana
untuk malam ini ? Aku tidak bisa tidur. Sedangkan besok aku harus bangun
pagi-pagi karena ada ujian di sekolah.”
“Kenapa
kamu tanyakan hal itu ? Apakah kamu sudah lupa cara bangun pagi, Anakku ?” Tanya
ibu sambil tersenyum.
“Aku
kawatir kesiangan, Bu’. Nyamuk-nyamuk ini selalu menggangguku,aku jadi tidak
bisa tidur,” kata Ridho sambil menepuk sana-sini.
Ibu
tersenyum. ” Anakku kenapa cuman gara-gara nyamuk, kamu bisa kesiangan ?”
“Seperti
yang aku bilang,Bu’. Aku tidak bisa tidur karena nyamuk-nyamuk ini.”
“Ya
sudah, kalau begitu kamu pindah ke kamar ibu,” kata ibu.
Ridho
pun pindah ke kamar ibunya. Berbeda dengan kamarnya, kamar ibunya sangat bersih
dan sepertinya tidak ada satu pun nyamuk yang ada di kamar ibunya. Tak lama
kemudian, Ridho pun terlelap tidur.
“Nak,bangun!
Sudah subuh.Bukan kah kamu harus berangkat pagi-pagi ? Ada ujian, kan di
sekolah ?” Ibu membangunkan Ridho yang masih tidur.
Perlahan,
Ridho balik badan sambil bermalas-malasan. Hanya membuka mata sebentar, Lalu
kembali tidur. Ibu pun menarik nafas panjang. Di gonyang-goyangkan tubuh Ridho.
“Anakku,
bangun ! Sudah subuh !”
Ridho
merasa terganggu. Dengan terpaksa dia pun bangun. Lalu dia ke kamar mandi mengambil air wudhu.
Pada
pukul enam pagi, ibu sedang memasak di dapur membuatkan sarapan pagi. “Bu’…aku
tidak mau ke sekolah, ya ? ini hari saja bu”, Ridho dengan wajah malas.
Ibu
pun yang sedang membuatkan nasi goreng menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh
kea rah Ridho.
“Kenapa,
Anakku ? Bukankan hari ini ada ujian di sekolah mu ?”
“Aku
masih ngantuk Bu’. Semalaman kan aku tidak bisa tidur.”
“Ah,
ibu perhatikan semalaman kamu lelap tidur di kamar ibu.”
“Aku
memang tidur lelap di kamar ibu. Tapikan sebelumnya aku di ganggu nyamuk.”
Ibu
selesai memasak. Di pindahkannya nasi goreng dari wajan ke piring. Lalu dia kemeja
makan, di ikuti Ridho yang belum mendapatkan izin untuk tidak masuk sekolah
hari ini.
“Ya
Ibu’, ya ? Hari ini saja,” kata Ridho sambil duduk di kursi meja makan.
“Nak…
coba kamu bilang sekali lagi, kenapa kamu tidak mau masuk sekolah ini hari ?”
“Aku
lemas, Bu’. Semalaman aku di ganggu nyamuk. Sepertinya, nyamuk itu memang
sengaja membuatku lemas seperti ini. Ibu kan tahu, semalaman mereka selalu
menggangguku.”
Ibu
kesal dan mangambil nafas panjang.
“Mestinya
kamu bejar dari nyamuk itu, Anakku. Nyamuk itu mengganggumu karena mereka
memang di tetapkan Tuhan sebagai makhluk penghisap darah.”
“Apa
yang harus di pelajari dari nyamuk itu, Bu ?
“Semangat
hidup dan perjuangannya, Anakku.”
“Semangat
hidup ? Perjuanagan ?“ Ridho tidak mengerti.
“Engkau
tahu, Anakku ? Nyamuk-nyamuk itu mempertaruhkan nyawa mereka demi
mempertahankan hidup. Mereka mencari makanan dengan menghisap darahmu. Tahukah
bahwa sesekali kamu mendendangkan syair kematian kepaada mereka ? Engkau
menepuk mereka yang terbang di sekitarmu. Tahukah kamu bahwa sekali tepuk saja
nyamuk itu sudah tak berdaya ? Nyamuk-nyamuk tahu hal itu, tetapi mereka tidak
pernah menyerah. Mereka terus menyerang mu demi mempertahan kan hidup mereka,”
kata Ibu.
Ridho mulai mengerti nasehat ibunya.
“Sementara
kamu kuat. Dengan sekali tepuk pun kamu tidak akan mati. Tetapi kenapa kamu
kalah dengan nyamuk ? Tak ada rintangan
yang akan datang pada mu ketika kamu pergi ke sekolah atau melakukan aktivitas
apapun. Apa yang membuat mu merasa malas ?”
Ridho
pun sadar. Dia tertunduk malu karena sudah di bandingkan dengan nyamuk yang
ternyata lebih semangat di bandingkan dirinya sekarang.
Perlahan-lahan
Ridho mengangkat kepala dan memandang wajah ibu. Kata-kata ibu yang menyentuh
perasaan membuatnya sadar kini terasa nyaman setelah melihat senyum ibu. Ridho
pun ikut tersenyum.
“Sana
mandi ! Setelah itu sarapan dan berangkat ke sekolah.” Kata ibu.
Tampat
di perintahkan dua kali, dengan perasaan gembira Ridho beranjak ke kamar mandi.
Dia bersiap berangkat ke sekolah untuk ujian.
0 komentar: